Berita

BERKENALAN DENGAN MUSIKALISASI PUISI

Jakarta, Selasa, 30 Agustus 2022 SMA Kosgoro menghadiri undangan workshop musikalisasi puisi yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Workshop dimulai pukul 09.00 WIB, diawali dengan olah rasa dan olah suara. Olah suara dilakukan dengan menarik nafas dari perut dan dikeluarkan secara perlahan dan bertahap selama 5-30 detik dan dilanjutkan dengan menyanyikan Indonesia Pusaka. Pada pukul 10.30 WIB kami diberi waktu untuk istirahat selama 10 menit.

Pukul 10.40 WIB dilanjutkan dengan pembagian materi oleh Bang Dedy tentang penjelasan musikalisasi puisi, ”Musikalisasi puisi bukanlah musik melainkan hal yang bersifat musik lalu tafsiran tentang puisi, apa saja perasaan yang didapat setelah mendengar bunyi seperti yang dikatakan Abdul Syukur ‘perasaan apa yang didapat setelah mendengar suara burung, air, klakson dan lain lain’ jadi balik lagi ke makna dari puisi tersebut dan ke pekaan masing-masing.”

Bang Dedy menceritakan tentang penafsiran musik dalam agama, menurut beliau musik tidak haram. Mengutip dari kata seseorang yang penting “Menurutmu apakah musik haram?, menurut Anda besi haram atau tidak?” tapi tetap saja ini kan musik bisa memabukan “YA ITU KAN OTAKMU” kalau pisau saya buat tusuk orang kenapa ga pisaunya yang haram?”

Lalu bercerita kembali tentang Mbah Surip yang tampil musikalisasi dengan sepeda yang diposisikan jatuh dan menghasilkan bunyi seperti klakson dan bisa menggambarkan bahwa Mbah Surip yang biasanya berada di lingkungan jalanan.

(Bahwa tidak butuh alat yang mendunia atau alat yang sudah ada untuk menghasilkan musik)

Bermain alat musik di musikalisasi harus dapat menjadi bahasa atau rasa dari hati diri sendiri, seperti marah, senang, bahagia, sedih agar perasaan dapat terhubung ke alat musik tersebut dan semuanya hadir berangkat dari interpretasi puisi yang hendak dimusikalisasikan.

Pukul 11.30 WIB dicontohkan puisi-puisi dan penjelasan tentang puisi oleh kak Devi “Perempuan pemetik kopi” menggambarkan suasana perkebunan dan saat perempuan itu menuangkan air untuk dijadikan secangkir kopi di kiri kanannya ada bapak dan ibunya yang mungkin sedang melihat senja, hujan, cahaya pagi. (banyak yang dapat digambarkan dari judul) bahwa tidak perlu banyak diksi yang penting maknanya dalam.

Pada pukul 12.00 sampai 13.30 WIB kami diberi waktu untuk ishoma (Istirahat, Sholat, dan Makan) kemudian persiapan untuk melakukan penampilan perdana dari masing-masing kelompok yang mengikuti workshop tentang puisi yang telah dibukukan dan dijadikan musikalisasi puisi. Kita tampil pada pukul 13.54 dan menampilkan hatiku selembar daun dari karya Sapardi Djoko Amono, setelah semuanya tampil dan diberi evaluasi. Pada pukul 14.00 kembali diberi waktu untuk mengolah puisi tersebut menjadi musikalisasi puisi yang lebih baik lagi dan kembali pada pukul 15.30 setelah sholat ashar semua kelompok menampilkan kembali penampilan musikalisasi puisinya secara penuh dan lebih baik. Setelah semua kelompok menampilkan musikalisasi puisi pada pukul 16.00 acaranya ditutup dan diakhiri dengan nasihat-nasihat dari narasumber dan diakhiri dengan foto bersama.