Berita

PMR UNIT SMA KOSGORO BERPARTISIPASI DALAM UPACARA HUT KE-79 PMI KOTA BOGOR “ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DUNIA”

 

 

 

Sejarah berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana, dr Marzuki, dr. Sitanala (anggota). Akhirnya pada 17 September 1945, Perhimpunan PMI berhasil dibentuk dan diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Pasca pembentukan, PMI mulai merintis kegiatannya dengan memberi bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang.

Untuk mengenang jasa para pahlawan, PMI Pusat mengadakan upacara peringatan HUT PMI yang ke-79 tahun. Tentu saja PMI Kota Bogor juga ikut mengadakan upacara, yang dilaksanakana di Lapangan Kresna bersebelahan dengan kantor PMI  Kota Bogor pada tanggal 17 september 2024. Upacara peringatan HUT PMI dilaksanakan pada pukul 07.44 WIB. hingga 08.35. Upacara ini dilakukan selayaknya upacara peringatan biasanya. Perbedaannya, setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Mars PMI. Setelah mengheningkan cipta, seremoni dilanjutkan dengan pembacaan tujuh prinsip Kepalangmerahan serta pembacaan sejarah singkat palang Merah Indonesia yang pada bagian awal tulisan ini sudah disebutkan.

Bertindak sebagai inspektur upacara, Ketua PMI Kota Bogor, Bapak Edgar Suratman, SE, MM.  Pada upacara ini, beliau membacakan pidato dari Ketua PMI pusat yaitu Bapak M. Yusuf Kalla. Amanat dari pak Yusuf Kalla berisi tentang perubahan iklim dunia yang harus diadaptasi dan menjaga melestarikan lingkungan dengan melibatkan relawan dan seluruh PMI dalam kegiatan penghijauan. Penghijauan dilakukan dengan menanam pohon di daerah sekitar tempat tinggal seperti sekolah, kampus, dan fasilitas umum.  Termasuk berkaitan dengan pembuatan lubang biopori. Bapak Yusuf Kalla juga menambahkan bahwa seluruh jajaran PMI Indonesia harus melaksanakan amanah dan kegiatan dengan penuh keikhlasan, profesional, transparan dan akuntabel sehingga  mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak.

Sementara, Bapak Edgar Suratman, SE, MM. memberikan pidato yang berisi tentang peningkatan kapasitas dan kualitas Kota Bogor yang telah mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak, baik dari tingkat daerah, Kota, Nasional dan Internasional. Kota Bogor pun mendapatkan dukungan dari negara-negara Jepang, Singapura, dan Bangladesh. Mereka telah berkunjung di tahun ini untuk melihat tentang program penanganan identifikasi pencegahan penyakit. Sebelumnya, Kota Bogor berhasil menangani pencegahan penyakit menular dengan program yang dilaksanakan di kelurahan dengan adaptasi oleh kader.

Setelah pidato, Bapak Edgar Suratman, SE, MM. memberikan penghargaan secara simbolik kepada para pendonor darah yang sudah mendonorkan darahnya yaitu: Alma Biranca yang telah mendonor sebanyak 75 kali, Abdul Rahmat sebanyak 50 kali, M.H Agen sebanyak 25 kali, M.I Firdaus sebanyak 10 kali, serta pemberian penghargaan kepada beberapa instansi penyelenggara donor darah teraktif.

Setelah upacara selesai para peserta diberikan konsumsi oleh pihak panitia PMI. Lalu dilanjutkan dengan melihat penampilan drama musikal dari Forpis Kota Bogor, drama ini bertemakan kenakalan remaja yang memiliki makna bahwa alkohol dan zat yang memabukkan harus dihindari. Sebab, jika sudah terjadi suatu bencana dampaknya akan terkena sendiri. Lalu di drama kedua bertemakan “Mitigasi” bencana yang berisikan tentang kejadian gempa di suatu wilayah. Drama tersebut mempunyai makna bahwa PMI akan selalu siap kapan pun, di mana pun dan apa pun bencananya. Setelah Upacara peringatan Hut PMI telah usai, para peserta dipersilahkan berfoto-foto dan pulang.