Berita

SMA Kosgoro Bogor Mengikuti Kegiatan Stop Kekerasan Pelatihan Menciptakan Sekolah Aman BGGP Jabar

 

SMA Kosgoro Kota Bogor mengikuti kegiatan Stop Kekerasan: Pelatihan Menciptakan Sekolah Aman, Nyaman, Menyenangkan, dan Inklusif Kota Bogor yang diselenggarakan oleh Balai Besar Guru Penggerak Jawa Barat pada Minggu, 14 Oktober 2024. Kegiatan ini bertempat di SMPN 5 Bogor, Jalan Dadali, Tanah Sareal, Kota Bogor. Acara dimulai pukul

08.00 – 15.30 WIB.

 

Kegiatan Pelatihan Sekolah Aman ini dihadiri oleh Kepala Balai Besar Guru Penggerak Jawa Barat, perwakilan dari UNICEV, Kepala Cabang Dinas Wilayah Dinas 2 Kota Bogor dan Depok, Kepala Satuan Pendidikan, Kepala Pengawas Sekolah, perwakilan guru, dan komite SLB, SMK, SMA, dan komite sekolah di Kota Bogor. SMA Kosgoro mengirimkan dua perwakilan untuk mengikuti kegiatan Pelatihan Sekolah Aman ini, yaitu guru dan komite. Guru yang hadir diwakili oleh Ibu Azzahra Isnamalika, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia dan Komite diwakili oleh Bapak Ir. Arrya Budhiman Indra Kusumah.

Kegiatan Pelatihan Sekolah Aman dibuka dengan doa dan sambutan dari Bapak Mohamad Hartono, S.H., M.Pd. selaku Kepala Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jawa Barat. Bapak Hartono menyampaikan bahwa terdapat lima kategori sekolah bertransformasi. Pertama, satuan pendidikan berpihak pada tumbuh kembang murid, jika ini diterapkan pasti ada guru penggerak, ada program sekolah penggerak. Kedua, satuan pendidikan menjalin kemitraan dengan orang tua siswa (tidak bisa jika hanya mengandalkan sekolah untuk mendidik anak, ada peranan lingkungan sekolah, harus ada kerja sama antara guru dan orang tua). Ketiga, Memfasilitasi investigasi dugaan kekerasan. Keempat, Satuan pendidikan mengembangkan refleksi berbasis data. Terakhir, setelah empat kriteria diterapkan pasti akan terlihat hasil yang baik atau ada peningkatan pada literasi, numerasi, dan karakter. Guru-guru memastikan anak-anak tidak hanya cerdas, tetapi juga tangguh. Jika ada masalah, siswa punya problem solving, tidak mudah putus asa.

Kegiatan pelatihan Sekolah Aman dipandu oleh Ibu Dita Rahmawati, S.Pd., M.Pd. Setelah sambutan sekaligus pembukaan acara secara resmi oleh Bapak Hartono, kegiatan dilanjutkan dengan penampilan siswa dan talk show yang dimoderator oleh Ibu Ranu. Terdapat penampilan tarian dari ekstrakurikuler tari tradisional dan drama tentang bullying dari Duta Kesehatan SMPN 5 Kota Bogor.

  

 

Terdapat empat narasumber hebat dalam talk show ini, yaitu Bapak Hartono selaku Kepala BBGP Jabar, Bapak Zubedi (Edi) selaku perwakilan dari organisasi UNICEV, Bapak Dr. Asep Sudarsono S.Pd.MM selaku Kepala Cabang Dinas Wilayah Dinas 2 Kota Bogor, dan bapak Habib. Para peserta sangat antusias dalam bertanya dan menyimak materi yang disampaikan. Banyak sekali peserta yang mengangkat tangan, tetapi hanya lima orang tercepat yang berkesempatan untuk menyampaikan rasa penasarannya. Lima orang tersebut adalah Ibu Agustri, Ibu teti, Diah, Ibu Widiastuti, dan Bapak Asep.

 

Dalam talk show yang diadakan, Bapak Edi dari UNICEV menyampaikan bahwa dalam mencegah kekerasan di sekolah memerlukan pendekatan disiplin positif. Pendekatan disiplin positif harus diterapkan secara menyeluruh, ada kerja sama antara sekolah, guru, dan wali murid. Pada pendekatan disiplin positif, peserta didik memahami dan menyadari konsekuensi jika dia melakukan perbuatan yanag tidak sesuai. Pendekatan membangun kemampuan guru, pengasuh, kepala sekolah dalam membimbing anak adalah hal dasar yang penting. Kita harus sadar perkembangan anak unik, memiliki perkembangan yg berbeda.

Gambar Sesi Talk Show Empat Narasumber

 

Bapak Edi berbagi tips untuk guru dalam menerapkan disiplin positif yang efektif dan efisien terutama untuk guru yang beban kerjanya berat, yaitu harus ada niat baik dan memahami kesiapan psikologos diiringi dengan beban kerja. Hal tersebut dapat dilatih secara bertahap dengan mengenali dan memahami perkembangan tumbuh kembang anak. Dengan memahami itu, kita bisa membangun kesadaran kita, tidak harus pendekatan yg besar. Guru perlu mencoba mencari pendekatan konsekuensi logis. Misalnya, anak terlambat hukumannya lari keliling lapangan itu tidak logis itu bukan konsekuensi logis. Disesuaikan dengan budaya di sini, diberi motivasi sesuai lingkungan agar anak tersadarkan.

Dalam talk show, salah satu narasumber menyampaikan bahwa adanya rancangan payung hukum untuk guru yang sedang dibahas di tingkat pemerintah. Salah satu peserta, Bapak Kabin selaku Satgas Kota Bogor pun berharap adanya payung hukum setingkat PERDA untuk guru sehingga guru lebih jelas dalam pengaturan penanganan satuan Pendidikan. Sudah 99% sekolah di Bogor punya tim TBBK. Jika adanya dugaan tindakan kekerasan, tim TBBK

 

bisa memantau. Sesi talk show ditutup dengan quotes dari pembawa acara, Ibu Dita, yang berbunyi, “Jadilah orang tua yang seperti di sekolah, jadilah guru yang seperti orang tua di rumah penuh kasih”.

Setelah talk show selesai, kegiatan dilanjutkan dengan penguatan oleh fasilitator. Pada sesi ini, sekolah dibagi ke dalam beberapa kelas. SMA Kosgoro masuk ke dalam kelas F bersama SMAN 1 Bogor, SMAN 2 Bogor, SMAN 3 Bogor, SMAN 4 Bogor, SMAN 5 Bogor, SMAS PGRI 1 Bogor, SMAS PGRI 2 Bogor, SMAS PGRI 3 Bogor, SMA Pesat, SMA YPHB,

SMA Bina Bangsa Sejahtera, dan SMA Rimba Madya Sejahtera. Fasilitator kelas F adalah Bapak Nanang Nasrudin. Bapak Nanang memandu kelas F dan memberi penguatan pada guru serta komite yang berada dalam kelas F.

Dalam memberikan penguatan, Bapak Nanang terlebih dahulu mengajak guru dan komite untuk berdiskusi dan Brain-Storming. Pada awal sesi diskusi terdapat pembahasan menarik yang dibahas, yaitu mengenai peran guru yang saat ini dikhawatirkan akan bisa digantikan AI. Namun, fasilitator, guru, dan komite sepakat bahwa guru yang dapat tergantikan oleh teknologi adalah guru yang hanya memberikan ilmu pelajaran saja, sedangkan guru yang memberikan ilmu pelajaran dan penguatan karakter tidak akan tergantikan oleh teknologi sampai kapanpun. Tugas guru bukan hanya mengajar, melainkan juga mendidik.

Selanjutnya, guru dan komite di kelas F dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok berisi 5-6 guru atau komite. Aktivitas pertama adalah setiap kelompok menuliskan contoh dan penyebab dari empat jenis kekerasan (verbal, fisik, cyber, dan psikologis) yang pernah ditemui pada post-it. Post-it tersebut ditempel di kertas besar. Kemudian, kertas berisi post-it ditempel di dinding kelas untuk dipresentasikan oleh perwakilan setiap kelompok. Setelah semua perwakilan kelompok selesai presentasi, Bapak Nanang sebagai fasilitator memberikan penguatan kepada peserta.

 

Kekerasan adalah setiap tindakan, perbuatan, atau keputusan terhadap seseorang yang berdampak menimbulkan rasa sakit; luka atau kematian; penderitaan seksual atau reproduksi; berkurang atau tidak berfungsinya sebagian dan/atau seluruh anggota tubuh secara fisik, intelektual atau mental; hilangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan atau pekerjaan dengan aman dan optimal; hilangnya kesempatan untuk pemenuhan hak asasi manusia; ketakutan; hilangnya rasa percaya diri; hilangnya kemampuan untuk bertindak; rasa tidak berdaya; serta kerugian ekonomi, dan/atau bentuk kerugian lain yang sejenis. Kekerasan yang selama ini seringkali ditemukan di sekolah ada empat jenis, yaitu verbal, fisik, cyber, dan psikologis. Contoh dari kekerasan verbal adalah name-calling, yaitu memanggil orang lain dengan sebutan yang tidak disukai seperti memanggil dengan nama orang tua atau ciri khas fisik. Contoh nyatanya, siswa yang memiliki tubuh gemuk sering disebut gemoy atau gembrot. Kekerasan verbal ini biasanya disebabkan oleh sifat jahil siswa atau bercanda dan siswa membalas temannya yang sebelumnya melakukan hal yang sama.

Contoh dari kekerasan fisik adalah memukul, menampar, menendang yang dapat disebabkan rasa benci, cemburu, atau merasa lebih kuat dibandingkan korban. Adapun, contoh

 

dari kekerasan psikologis adalah mengancam yang biasanya disebabkan oleh rasa benci atau cemburu. Terakhir, contoh kekerasan cyber yang seringkali ditemui di sekolah adalah mempublikasi foto atau video seseorang tanpa persetujuan di media sosial yang biasanya disebabkan oleh rasa jahil, bercanda, atau merasa sudah akrab dan dekat.

Aktivitas kedua adalah setiap orang menjawab dua pertanyaan pada post-it yang ditempel di kertas dinding. Pertanyaan pertama berbunyi “Apa yang sudah pernah dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan?”dan pertanyaan kedua berbunyi “Sejauh mana keefektifan tidakan yang sudah dilakukan dalam mencegah terjadinya kekerasan?” Setelah itu, fasilitator memberikan penguatan terkait pencegahan kekerasan yang perlu dilakukan.

Pencegahan Kekerasan adalah tindakan, cara, atau proses yang dilakukan agar seseorang atau sekelompok orang tidak melakukan Kekerasan di satuan pendidikan. Sekolah perlu melakukan pencegahan secara terintegrasi, terkoordinasi, dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan seperti keluarga, dinas Pendidikan (SATGAS PPKSP), dinas kominfo, dinas sosial, lembaga perlindungan anak, satuan pendidikan, masyarakat, aparat penegak hukum, media, LSM dan pihak lainnya.

Pencegahan kekerasan dalam penguatan tata selola dapat dilakukan dengan Sembilan cara, yaitu menyusun dan melaksanakan tata tertib dan program PPKSP; menjalankan kebijakan PPKSP dari Kementerian dan pemerintah daerah; merencanakan dan melaksanakan program PPKSP; menerapkan pembelajaran tanpa kekerasan; membentuk TPPK di lingkungan satuan pendidikan. memfasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi TPPK; serta melakukan kerja sama dengan instansi atau lembaga terkait dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan; memanfaatkan pendanaan APBN, APBD, dan/atau BOS untuk kegiatan pencegahan dan penanganan kekerasan; serta menyediakan pendanaan untuk kegiatan PPKSP; serta melakukan evaluasi secara berkala program PPKSP.

Kegiatan penguatan ditutup dengan doa dan foto bersama. SMA Kosgoro memperoleh banyak pengalaman dan pembelajaran berharga dengan mengikuti kegiatan Stop Kekerasan: Pelatihan Menciptakan Sekolah Aman, Nyaman, Menyenangkan, dan Inklusif Kota Bogor. Semoga dengan mengikuti kegiatan Stop Kekerasan ini dapat mencegah terjadinya kekerasan di SMA Kosgoro maupun sekolah lain yang ada di kota Bogor.

 

Dokumentasi Kegiatan Stop Kekerasan

 

Gambar Perwakilan Guru dan Komite SMA Kosgoro Mengikuti Pelatihan

 

Gambar Sambutan dari Bapak Mohamad Hartono, S.H., M.Pd. selaku Kepala Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jawa Barat

 

Gambar Sesi Talk Show

 

Gambar Penguatan Kelas F

 

  

Gambar Aktivitas Kelompok

 

Gambar Penguatan dari Fasilitator

 

 

Gambar Foto Bersama Kelas F